25 November 2008

Presiden Untuk Semua

Amerika Menuju Perubahan

Assalamu’alaikum wr.wb

Tak asing lagi bagi kita mengenai foto tersebut…. Yup sebagai manusia yang mengikuti perkembangan di dunia politik eh, sebagai manusia yang menganggap dirinya lahir, hidup, berjuang di planet ini dan manusia yang peduli akan wawasan nya pasti tahu sosok Barack Obama, kandidat presiden AS yang pernah tinggal di Indonesia.

Sebenarnya siapa sih Obama?

Barack Hussein Obama, Jr, lahir 4 Agustus 1961. Obama dilahirkan di Queen's Medical Center di Honolulu, Hawaii dari ayah ekonom lulusan Harvard, Barack Hussein Obama, Sr., dari Kenya, dan ibu Ann Dunham, dari Wichita, Kansas. Waktu Obama dilahirkan, kedua orangtuanya adalah mahasiswa di East-West Center di Universitas Hawaii di Manoa. Ketika berusia dua tahun, orangtuanya bercerai. Ayahnya kembali ke Kenya, dan ia hanya bertemu dengan anaknya sekali lagi sebelum meninggal pada 1982. Ann Dunham kemudian menikah dengan Lolo Soetoro, juga seorang mahasiswa East-West Center (MA Geografi 1962) dari Indonesia

Pada masa kecilnya Barack menggunakan nama 'Barry'. Keluarga ini kemudian pindah ke Jakarta, di mana adik tiri Obama, Maya Soetoro-Ng, dilahirkan (Obama juga memiliki saudara-saudara tiri dari ayahnya yang menikah lagi). Obama yang melewati masa kecilnya di Indonesia ini (dia menyebut dirinya sebagai Jakarta’s street kid). Ketika Obama berusia 10 tahun, sekitar tahun 1971 ia kembali ke Hawaii untuk bersekolah di sekolah yang lebih baik dan diasuh kakek-neneknya, Madelyn Dunham.

Karir politik Barack Obama melejit. Kemampuan berpolitiknya ditopang kemampuan retorika yang mempesona, kharisma yang berkobar dan senyum menawan. Itulah yang menjadi perhatian kaum muda yang saat ini sedang kecewa dengan politik modern. Obama memiliki kemampuan sebagai orator dengan pribadi yang karismatik. Kefasihan dan caranya berbicara, tekanan suaranya, tatapan matanya, gerak tubuhnya: semua elemen-elemen dasar ini saling memperkuat dan memunculkan citra seorang pemimpin yang sungguh-sungguh, kredibel, menawan, dan membangkitkan simpati serta harapan sekaligus. Kekuatan karisma inilah yang melembutkan kritik yang banyak ditujukan terhadapnya sebagai seseorang yang masih hijau dalam panggung pemerintahan.

Pengalaman hidupnya juga merupakan manifestasi The American Dream itu sendiri. dari keluarga menengah bawah Obama berhasil meniti tangga sukses menjadi senator kulit hitam ke-3 dalam sejarah AS, setelah sebelumnya menjadi dosen di Universitas Chicago, senator di Negara Bagian Illinois, dan presiden dari jurnal bergengsi, Harvard Law Review, sewaktu ia masih belajar di Universitas Harvard, salah satu perguruan tinggi terbaik di AS.

Selain itu, Obama juga dapat dikatakan sebagai penulis yang handal. Buku hasil karangannya dapat menduduki posisi bestseller. Memoar yang ditulisnya sepuluh tahun lalu, Dreams from My Father, tentang masa kecilnya hingga menyelesaikan kuliahnya, tentang keluarga dan lingkungan dekatnya di Chicago.

Bukunya, The Audacity of Hope, dalam waktu singkat juga telah menempati posisi bestseller. Sama dengan Dreams, dalam buku ini kita bisa melihat betapa Obama memiliki sensibilitas yang tinggi terhadap dimensi-dimensi manusiawi dari setiap persoalan yang ditemuinya. Ia sangat peka terhadap ironi dan tragedi dalam interaksi sosial, serta mampu menceritakan semua itu dalam penuturan yang sederhana namun cerdas dan mengalir mengenai orang-orang yang pernah bersentuhan dengannya.

Barack Obama bisa digolongkan sebagai politisi moderat dari tradisi liberal Amerika. Atau secara lebih sederhana ia bisa disebut sebagai the third way politician, politisi jalan tengah dalam tradisi yang telah dirintis Bill Clinton dan Tony Blair. Hal inilah yang membedakan Obama dengan banyak politisi kulit hitam yang cenderung memilih garis ekstrem, baik di kiri (Jesse Jackson) maupun di kanan (Alan Keyes). Obama adalah seorang nasrani yang tidak “doyan” perang seperti Presiden Bush dan tidak membenci Islam.

Setiap generasi di Amerika Serikat tampaknya selalu memunculkan seorang superstar politik. Kali ini Barack Obama, 47 tahun, yang tampil mengisi peran itu. Ia muncul secara tak terduga dan dalam waktu relatif singkat mampu mengubah peta politik, menumbuhkan harapan dan gairah baru. Demokrasi Amerika menjadi semakin hidup. Hillary Clinton telah membuka kemungkinan bagi sebuah sejarah baru, presiden perempuan pertama di negeri Paman Sam. Kini Obama juga menjanjikan hal yang sama: presiden kulit hitam pertama di negeri yang sama.

Untuk saat ini kita patut memberi selamat kepada publik Amerika. Negeri mereka seolah tidak pernah berhenti melahirkan pemimpin berbakat yang penuh inspirasi. Pidatonya saat itu membuat dunia melihat lahirnya seorang bintang baru politik AS. "Tidak ada kulit hitam Amerika, kulit putih Amerika, Latino atau Asia Amerika, kita satu bangsa. Kita semua berjanji setia pada bendera Amerika, kita semua mempertahankan Amerika Serikat," serunya yang mengundang tepuk tangan meriah.

( Artiket ini saya kutip dari www.google.com )

Yang menjadi pertanyaan bagi kita sebagai bangsa Indonesia yang notabene memiliki gelar Negara Demokrasi, Kapan Negara Indonesia melahirkan seorang pemimpin yang benar-benar membawa Indonesia ke perubahan??? Perubahan dari negara korupsi, perubahan untuk memperoleh hidup dan pekerjaan yang layak, serta perubahan untuk memperoleh wakil-wakil rakyat yang jujur dan adil.

Pesta pemilu di Indonesia hanya sebagai ajang untuk menghias jalan-jalan dengan warna-warna bendera partai-partai politik. Meriahkan sisi jalan raya dengan kibaran bendera parpol. Padahal pemilu sangat penting, disinilah nasib bangsa Indonesia dipegang oleh seorang presiden selama 5 tahun. Namun, kebanyakan dari bangsa Indonesia memilih wakil-wakilnya dengan pemikiran,”Berapa banyak uang, sedekah, infak, maupun bantuan dari setiap calon ?”. Mereka calon-calon membagi-bagikan uang menggunakan istilah tersebut seperti sedekah, infak, maupun bantuan untuk berkampanye.Wajar saja selama bertahun-tahun Negara yang demokrasi ini selalu merasa tidak puas jika calon yang mereka pilih telah menjadi wakil mereka di dunia politik.Bangsa Indonesia tidak paham tentang visi dan misi dari calon yang mereka pilih, “Kemanakah wakil-wakil rakyat akan membawa bangsa ini?”.”Bagaimana mereka bisa tahu???” Calon-calon tersebut tidak pernah berdebat atau berpidato mengenai hal tersebut, bahkan calon wakil rakyat yang hendak mereka pilih tidak pernah mereka temui.”Darimana bisa tahu visi dan misi nya, mengenalnya saja tidak”.

0 komentar: